Pages

Saturday, September 4, 2010

Ingin ku akhiri rasa sesalku..

Bulan ke empat dari tahun 2010, tepatnya hari senin pada pekan pertama dibulan itu adalah hari yang ku rasa begitu berat. Berat bukan dengan beban fisik yang aku tanggung tetapi karena aku tak sepenuhnya sadar akan impian yang telah aku lepas. Aku menghela nafas sejenak seolah ingin mengurangi seikit rasa itu. Tetapi begitu sulit, hingga untuk tersenyum pun rasanya sulit sekali. Aku begitu melupakan hari yang indah dan cerah itu karena semuanya seolah kelam dan mendung di langit-langit hatiku...

Aku tidak sepenuhnya yakin dengan keputusanku, namun hari ini adalah batas tegas dimana aku tak dapat menyelami ambisiku lebih jauh. Ambisi yang telah aku persiapkan beberapa bulan sebelumnya, Ambisi yang selalu aku bayangkan dimana pun aku berada, ambisi yang membuatku bercanda dengan celotehan tentang apa yang benar -benar aku harapkan. Hingga ambisi itu berubah menjadi sebuah imajinasi yang begitu nyata untukku, mengajakku berada pada ruangan dengan penuh keistimewaan, teman yang istimewa dan waktu yang istimewa. dan aku bertekad akan membuat ruangan itu penuh dengan kehangatan dan rangkaian mimpi - mimpi yang akan aku capai sebagai langkah selanjutnya.

Ambisi yang akan kupersembahkan sebagai keistimewaan bagi ibundaku tercinta, yang sangat mengharapkanku untuk mewujudkan ambisi itu. Setiap hari aku lalui dengan penuh semangat dengan rasa yang menggebu-gebu untuk menggapai hari itu. Setiap hari kutanamkan tekadku kuat - kuat sekali agar aku dapat menggenggamnya. aku lebih agresif terhadap apapun, sehingga saat aku menuai hasil yang kurang baik, aku segera menuntut diriku tanpa belas kasihan...

Namun hari ini seharusnya hari puncak tantanganku, dan awal dari perjalanan ambisiku. Tapi apa yang terjadi pada hari ini????? aku tidak bersama mereka yang ada pada setiap khayalanku yang berapi-api. Penantian yang sekian lama aku tunggu tapi kini aku lepas karena ketakutanku akan.....

Akh aku tak mengerti apa yang terjadi dengan ku.. aku pergi pada orang - orang yang kuanggap bijak untuk mendengarkan pandangan mereka, namun satu hal yang aku mengerti semua terserah padaku. aku .. aku sendiri yang harus memutuskan. aku memutuskan untuk berdiskusi dengan keluargku, tetapi mereka tak mengerti apa maksudku, menyerahkan keputusan padaku namun mereka membuatku bingung untuk memilih.. sementara bagaimana dengan kondisi kelurgaku nantinya... saat - saat aku memasuki ambisiku sedangkan disini bagaimana??? pikiran aneh mersuki otakku...

Satu hal lagi yang mmbuat semuanya terasa sulit, yaitu faktor X. Kalau saja tak ada faktor X tentu saja semua terasa begitu simple dan mudah bagiku.. tapi faktor X itu yang membuatku seolah bertanggung jawab akan apapun yang terjadi nantinya. Apapun pilihan yang akan aku tempuh, tapi aku merasa sendiri untuk menghadapinya. Aku takut dan cemas jika aku gagal menjalaninya.

Akhirnya kuputuskan dengan ketawakalan yang aku punya, akan kulepas ambisku yang terlalu banyak menuntutku itu dan akan kujemput impian dan harapan baruku. Akan kutekadkan jika aku akan melakuakan semua yang terbaik pada setiap pilihanku. Dan life must go on . Diantara sebagian orang yang ku mintai pertimbangan dari mereka hanya dia yang sedikit mengiburku dan aku mencoba untuk kembali ceria dan bersenandung dengan hal-hal yang sebetulnya diluar dugaanku. Aku akan menelusuri rencana B ku... rencana untuk menghiburku dan mengalihan ambisiku...

Tapi pada hari itu ada rasa sesal yang terselip dalam benakku, hari itu adalah garis keras untuk mengucapkan selamat jalan ambisiku!!!

Mulai kuingat-ingat kembali percakapan batinku dan pikiranku, andai saja aku adalah pahlawan heroik yang banyak diceritakan pada novel yang bersih keras mempertahankan ambisinya. Andai saja aku bisa sedikit keras kepla dengan menendang jauh-jauh rasa cemas dan ketakutanku... Tidak !!!! ambisi itu bukan akhr dari tujuanku, tapi aku masih dapat berdiri tegak dan bersiap untuk kembali berlari mengejar mimpiku yang lain..

semua belum terlambat bagiku, akan kurangkai kisahku sindah pelangi yng datang seusai hujan...

hanya untukmu ibuku yang sangat aku sayangi...

[Altafunnisa]

Thursday, September 2, 2010

Benci dan Cinta

Memang benar cinta itu sangat dekat dengan benci. Jangan pernah mencintai atau membenci sesuatu secara brlebihan kecuali mencintai dengan sepenuh hati Rabb kita dan membenci segala kemungkaran. Karena benci dan cinta sesuatu yang sangat berdampingan. Benci dan cinta bukan sesuatu yang dapat menutup mata kita tentang kebenaran yang sungguhnya. Kesalahan bahkan kekeliruan yang berasal dari sesuatu yang kita cintai harus tetap kita hindari dan kebaikan yang ada pada sesuatu yang kita benci tetap harus kita teladani...

karena sesuatu yang baik bagi kita belum tentu baik dalam pandangan Allah SWT begitu juga sebaliknya...

Maka ketawakalan terhadap Illahi adalah penyerahan segenap diri terhadap kehendak dan KuasaNya. terutama saat kita telah membulatkan tekad terhadap sesuatu.

****

Membenci dan mencintai sesuatu terkecuali yang tadi sama-sama menguras pikiran dan emosi. Bedanya mencintai dilandasi dengan rasa senang dan nyaman saat menjalaninya, penuh dengan kelapangan namun terkadang iiringi dengan ketakutan dan kecemasan--jika dia yang kita cintai akan pergi meninggalkan kita. Mencintai hanya mengingat saat - saat pertemuan namun melupakan jika disetiap perteman akan ada perpisahan.

Tapi membenci adalah sesuatu yang sangat menyesakkan, tuntutan dari setiap ambisi yang tidak dapat terpenuhi. Kebencian akan membutakan kita akan suatu kebaikan dan hanya mengotori pikiran kita.

Lepaskan semua rasa benci dan biarkan ketenangan akan menjernihkan hati dan pikiran kita menuju sebuah kebijaksanaan...